
Adalah Kathleen McAuliffe, penulis di Discover Magazine mengatakan, " Selama 20.000 tahun terakhir, volume rata-rata otak pria berkurang dari 1.500 centimeter kubik menjadi 1.350 centimeter kubik, jumlah yang hilang seukuran bola tenis." Hal ini menimbulkan perdebatan diantara para cendekiawan dari mulai ahli neurologis sampai antropolog. Hal yang paling mengganggu dalam pikiran mereka adalah apakah penurunan ukuran ini menyebabkan manusia lebih bodoh atau malah lebih cerdas?


Apa yang Dr. John Hawks katakan ini memang benar bahwa otak yang lebih besar membutuhkan konsumsi yang lebih banyak mengingat besarnya konsumsi energi dari otak ini. Tapi ada yang Dr. John Lupa, bahwa apa yang ia katakan ini tentang konsumsi energinya bukan kerja otaknya. Sekali lagi bahwa memang benar otak yang besar membutuhkan energi yang lebih besar dan semakin kecil konsumsinya juga semakin kecil, tapi hal ini tidak berpengaruh pada kerjanya. Bahwa otak yang membutuhkan konsumsi energi lebih kecil tidak berarti kerjanya lebih bagus atau kapasitasnya lebih bagus. Yang di sebut lebih effisien adalah penggunaan energinya yang semakin kecil.

Disini lebih aneh lagi, mana mungkin volume kematian berpengaruh pada bentuk volume otak. Atau yang mereka ingin katakan adalah bahwa para bayi ini mewarisi apa yang telah dilakukan para pendahulunya. Artinya bahwa otak mereka menjadi kecil dan tak dapat bertahan hidup karena para pendahulunya malas berpikir sehingga di generasi selanjutnya mereka melahirkan anak anak dengan volume otak lebih kecil? Lalu bagaimana bisa pada generasi selanjutnya (saat penurunan kematian bayi ) bayi bayi dengan volume otak kecil ini dapat bertahan hidup? Yang saya tangkap dari teori ini adalah bahwa kedua sisi ini singkron. Cenderung aneh.
Tingkat kemalasan manusia karena dimanja teknologi ini memang sepertinya berpengaruh pada cara berpikir, dan hal ini berpengaruh pada volume yang semakin mengecil. Seperti hasil penelitian yang dilakukan David Geary dan Drew Bailey dari University of Missouri mengeksplorasi bagaimana ukuran tengkorak manusia berubah ketika manusia beradaptasi dalam lingkungan sosial yang makin kompleks antara 1,9 juta sampai 10.000 tahun lalu. Saat kepadatan populasi rendah, ukuran tengkorak meningkat. Sebaliknya, ketika populasi daerah tertentu berubah dari jarang ke padat, ukuran tengkorak kita menurun — karena manusia tak harus cerdas untuk bertahan hidup.
Tapi beliau lalu berkata, “Nenek moyang kita tidak memiliki intelektualitas dan daya kreasi seperti manusia modern, karena mereka tidak memiliki dukungan budaya,” kata dia. Saat itu, manusia diperas pikirannya untuk bertahan hidup. Kata kata ini seakan mengungkapkan pengingkaran manusia terhadap fakta dirinya yang semakin lemah di karenakan oleh mereka sendiri. Tapi ada yang dia lupa, bahwa dari kata katany ini pun ia mengungkapkan bahwa ," Jika para nenek moyang itu juga memiliki dukungan budaya yang sama dengan kita saat ini, maka ia akan menghasilkan yang lebih baik dari apa yang telah manusia modern saat ini hasilkan." Sayangnya manusia yang mengaku modern ini justru membohongi dirinya sendiri bahwa di tengah hasil kerjanya itu ia telah mengkerdilkan manusia lain yang di manjakan oleh teknologi hasil manusia itu sendiri. Apakah kita juga akan menjadi bagian yang di manjakan juga?
Related Article:
0 komentar:
Posting Komentar