Recent Comments

Jumat, 28 Desember 2012

Info Beasiswa Data Print


Nih info bagus walaupun agak mepetttt

Ada info beasiswa bagus deh buat kamu kamu semua dari Data Print

Syarat Umum nya si kamu kudu punya kupon Data Print yang bisa kamu dapet dari ngebeli Tinta atau catright atau yang lainnya produk punya Data Print. Nah syaratnya lagi kamu kudu bikin essay. Buat info lengkap langsung aja deh buka websitenya di Data Print atau Disini

Info lebih lengkap bisa kamu akses di

Selamat mencoba yaaaa ^_^


Rabu, 12 Januari 2011

Tuhan dan Science

"Science without religion is lame. Religion without science is blind."
<Albert Enstein>







Bicara Tuhan adalah sesuatu yang menggelitik. Rasa penasaran yang super tapi tak sedikit pula yang menolak obrolan ini.

Berikut ini ada sebuah dongen menarik tentang seorang Dosen yang memnggugat tentang Ketuhanan pada Mahasiswanya :

 -<'":'"%'":'">-
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan".

"Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?".

"Tentu saja," jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.

Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

-<'";'"%'":'">-
Begitulah kira- kira. Tuhan mempunyai suatu hukum alam tersendiri yang tentunya Ia terapkan bagi dunia yang Ia sendiri yang membuatnya. Seperti halnya kita membuat sebuah robot yang tentunya hukum yang berlaku bagi Robot itu tak berlaku bagi kita yang membuatnya. Begitupun Tuhan yang tentunya tak ter masuk dalam yang terpengaruh oleh hukum tata aturan ruang dan waktu.


 Saya pernah mengdengar seseorang berkata ," ketika anda belajar Filsafat, anda harus melpas atribut atribut agama yang Anda anut."  Tapi bagaimana dengan Tuhan itu sendiri?

Kalau saya sendiri lebih suka bagaimana caranya Tuhan dapat kita hubungkan dengan science. Karena memang ada hal hal yang di luar kendali pemikiran logis. Dan Jika memang Tuhanlah yang ada di balik semuanya itu, pasti ada cara yang dapat menghubungkan antara pandangan scoience dengan pandangan  keTuahan.

Ouw, ya penuda dalam dongen itu juga seseorang yang sangat ingin mengkolaborasikan antara pemhaman science dengan pemahaman tentang keTuhanan. Sayangnya sampai akhir hidupnya ia belun bisa menumukan formulasi yang tepat untuk menghubungkan antara keduanya. Mahasiswa tersebut juga sempat terkenal kala hidupnya. Jika anda belum tahu dan mau tahu siapa nama pemuda itu, Ia adalah orang yang pernah bilang bahwa " Science without religion is lame. Religion without science is blind.",ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa imlmu, pincang. "

Ya, Dia adalah Albert Enstein,<tanpa gelar di belakangnya>





Sabtu, 01 Januari 2011

Otak (Sebuah Kritik Atas Pengingkaran Manusia Modern)

" Jika para nenek moyang itu juga memiliki dukungan budaya yang sama dengan kita saat ini, maka tak mustahil mereka akan menghasilkan yang lebih baik dari apa yang telah manusia modern saat ini hasilkan." 

Sebagian dari kita tentu tahu seberapa pentingnya otak bagi diri kita. Bagian ini sperti halanya sebuah perangkat inti dari seonggok daging yang bernama manusia. Kalau dibilang seperti procesor dalam sebuah komputer atau chip/microcontroler dalam sebuah robot memang tidak sebanding. Karena otak lebih komplek. Dan bagaimana jika ternyata besar kecilnya volume otak berpegaruh pada kerjanya.?


Adalah Kathleen McAuliffe, penulis di Discover Magazine mengatakan, " Selama 20.000 tahun terakhir, volume rata-rata otak pria berkurang dari 1.500 centimeter kubik menjadi 1.350 centimeter kubik, jumlah yang hilang seukuran bola tenis." Hal ini menimbulkan perdebatan diantara para cendekiawan dari mulai ahli neurologis sampai antropolog. Hal yang paling mengganggu dalam pikiran mereka adalah apakah penurunan ukuran ini menyebabkan manusia lebih bodoh atau malah lebih cerdas?

Sementara memang di ketahui bahwa analogi otak yang semakin kecil berarti juga penurunan intelegensia yang akan semakin kecil pula. Namun ketika manusia menerima faktanya ini, ia tak akan mau di katakan lebih bodoh dari nenek moyangnya, buktinya dengan apa yang mereka telah raih saat ini. Berikut adalah beebrapa pendapat para ahli tentang fenomena penurunan volume otak ini.

Dr John Hawks, antropolog dari University of Wisconsin berargumen, ukuran otak yang makin kecil tidak berarti menurunnya intelejensia.Ia berpendapat bahwa penurunan ukuran otak ini menunjukan bahwa otak semakin efisien. Mengapa demikian, karena secara total otak menggunakan 20% energi yang kita konsumsi untuk melaksanakan kerjanya. Maka untuk ukuran otak yang lebih besar tentunya akan membutuhkan konsumsi yang lebih besar. Hal ini menyebabkan perkembangan yang semakin lambat. Beliau juga mencatat bahwa ledakan populasi manusia antara 20.000 dan 10.000 tahun yang lalu memicu mutasi yang menguntungkan. Hawks yakin, itu menyebabkan otak menjadi lebih ramping, perubahan neurokimia makin meningkatkan kapasitas otak kita. Beberapa palaentolog juga sependapat dengan pendapat Dr John Hawks ini.

Apa yang Dr. John Hawks katakan ini memang benar bahwa otak yang lebih besar membutuhkan konsumsi yang lebih banyak mengingat besarnya konsumsi energi dari otak ini. Tapi ada yang Dr. John Lupa, bahwa apa yang ia katakan ini tentang konsumsi energinya bukan kerja otaknya. Sekali lagi bahwa memang benar otak yang besar membutuhkan energi yang lebih besar dan semakin kecil konsumsinya juga semakin kecil, tapi hal ini tidak berpengaruh pada kerjanya. Bahwa otak yang membutuhkan konsumsi energi lebih kecil tidak berarti kerjanya lebih bagus atau kapasitasnya lebih bagus. Yang di sebut lebih effisien adalah penggunaan energinya yang semakin kecil.

Teori lainnya adalah yang mengungkapkan bahwa ukuran kepala berkaitan dengan pola mencari makan di masa lalu, yakni berburu. Makin gampang mendapatkan makanan, kepala  manusia akan berhenti berkembang. Para ahli lain berpendapat saat terjadi kematian bayi sanagt tinggi maka hanya bayi bayi yang bervolume otak besarlah yang selamat. Seiring dengan menurunnya tingkat kematian bayi, maka volume otak manusia pun berangsur mengecil secara proporsional.


Disini lebih aneh lagi, mana mungkin volume kematian berpengaruh pada bentuk volume otak. Atau yang mereka ingin katakan adalah bahwa para bayi ini mewarisi apa yang telah dilakukan para pendahulunya. Artinya bahwa otak mereka menjadi kecil dan tak dapat bertahan hidup karena para pendahulunya malas berpikir sehingga di generasi selanjutnya mereka melahirkan anak anak dengan volume otak lebih kecil? Lalu bagaimana bisa pada generasi selanjutnya (saat penurunan kematian bayi ) bayi bayi dengan volume otak kecil  ini dapat bertahan hidup? Yang saya tangkap dari teori ini adalah bahwa kedua sisi ini singkron. Cenderung aneh. 


Tingkat kemalasan manusia karena dimanja teknologi ini memang sepertinya berpengaruh pada cara berpikir, dan hal ini berpengaruh pada volume yang semakin mengecil. Seperti hasil penelitian yang dilakukan  David Geary dan Drew Bailey dari University of Missouri mengeksplorasi bagaimana ukuran tengkorak manusia berubah ketika manusia beradaptasi dalam lingkungan sosial yang makin kompleks antara 1,9 juta sampai 10.000 tahun lalu. Saat kepadatan populasi rendah, ukuran tengkorak meningkat. Sebaliknya, ketika populasi daerah tertentu berubah dari jarang ke padat, ukuran tengkorak kita menurun — karena manusia tak harus cerdas untuk bertahan hidup. 


Tapi beliau lalu berkata, “Nenek moyang kita tidak memiliki intelektualitas dan daya kreasi seperti manusia modern, karena mereka tidak memiliki dukungan budaya,” kata dia. Saat itu, manusia diperas pikirannya untuk bertahan hidup. Kata kata ini seakan mengungkapkan pengingkaran manusia terhadap fakta dirinya yang semakin lemah di karenakan oleh mereka sendiri. Tapi ada yang dia lupa, bahwa dari kata katany ini pun ia mengungkapkan bahwa ," Jika para nenek moyang itu juga memiliki dukungan budaya yang sama dengan kita saat ini, maka ia akan menghasilkan yang lebih baik dari apa yang telah manusia modern saat ini hasilkan." Sayangnya manusia yang mengaku modern ini justru membohongi dirinya sendiri bahwa di tengah hasil kerjanya itu ia telah mengkerdilkan manusia lain yang di manjakan oleh teknologi hasil manusia itu sendiri. Apakah kita juga akan menjadi bagian yang di manjakan juga?


Selasa, 28 Desember 2010

Kita Adalah Guru Bagi Komunitas Kita ( Andragogi dan Pedagogi)

Seorang Guru
Menggandeng tangan, Membuka pikiran
Menyentuh hati, Membentuk masa depan
Seorang Guru berpengaruh selamanya
Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir
(Henry Adam)

Beberapa minggu yang lalu saya sedang di kelas Pendidikan Agama Islam, ketika tiba tiba Dosen yang biasanya tak masuk tiba tiba datang. Kuliah hari itu layaknya kuliah mata kuliah umum lainnya (Kwn,Tata Tulis dll). Ribut, dan tak terkendali, ya maklum saja satu angkatan isinya sowok semua jadi ya mau bagaiamana lagi. Seperti sudah jadi lumrah saja.
Beberapa dosen mungkin akan putus asa dan ujung ujungnya mendiamkan mahasiswanya, yang penting materi sudah disampaikan. Tapi ada yang berbeeda dari dosen ini. Melihat situasi yang tak terkendali ini, Beliau lalu menawarkan kira kira cara apa yang pas buat di terapkan di kelas kami. Yah tapi dasarnya udah anaknya ndableg ndableg ya tanggapannya tetep saja bercandanya tak pernah berhenti. Sampai akhirnya beliau berkata, " Sebetulnya sistem belajar kalian itu adalah sistem andragogi. Yaitu bla bla bla,,,,, " tetap saja sampai tahap ini Mahasiswa tetap tak fokus.

Yang menarik perhatian saya adalah kata " Andragogi " yang baru kali pertama itu saya dengar. Asing rasanya, bahkan belum ada gambaran jelas tentang itu. Yang saya dapat saat itu hanyalah gambaran bahwa andragogi adalah cara belajar orang dewasa. Dari modal itu saya coba cari tahu  di Drs. Google, dan akhirnya saya dapatkan pengertiaannya sebagai berikut 
'''.....Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.... (link)"

Beberapa artikel yang saya baca umumnya memberikan pengertian yang sama dan bahasan yang sama. Bukan hanya sama konsepnya, tapi sama jibleg/idem, jadi di sini saya ingin coba membuka dalam persepsi baru. 

Kita mulai dulu dari tingkat psikologi kita terhadap kebutuhan dan pengaruh psikis terhadap cara belajar. Kita bisa mengingat kala kita SD ataupun di play group. Semuanya harus di tuntun dari mulai dari membaca do'a, duduk siap dan lain sebagainya. Di SD juga sama hampir sama. Di SMP dengan intensitas yang lebih kecil penerapan cara di suapi juga masih berlaku. Di masa SMA barulah perubahan mulai terjadi. Beberapa elemen dari sistem berpikir kita saat munginjak masa SMA berubah. Kesadaran untuk tidak lagi di suapi mulai muncul. Rasa bosan di dikte semakin berkembang. Dan rasa rindu pada alam belajar perkuliahan mulai meraja lela. Dan saat inilah Andaragogi mulai tumbuh dalam diri kita. dan menggantikan sistem Pedagogi (cara mengajar anak anak) dalam diri kita. Tapi kebanyakan, saat kita benar benar sampai di perkuliahan, rasa itu (untuk belajar secara bebas) malah tidak di lampiaskan dan malah mulai merindukan cara belajar ala Pedagogi (SD, SMP, SMA)

Pada dasarnya memang Andragogi dan Pedagogi adalah sebuah teoritik dalam salah satu psikologi pendidikan. Jika kita mengacu pada Teori Psikologi pendidikan, konotasinya pasti ke Guru (sarjana Pendidikan). Padahal kita sendiri sesungguhnya menerapkan hal ini setiap saat. Dan mau tak mau sebenarnya ini (andragogi) sudah hampir menjadi bagian terpenting dalam pergaulan kita. Prakteknya adalah eksistensi kita dalam dunia pergaulan, Yaitu Kita dan Komunitas dimana kita berada.

Adalah suatu fakta bahwa lomunitas adalah sesuatu yang mutlak bagi seorang remaja. Keberadaannya tak akan lengkap tanpa komunitas. Dan adalah sebuah kebanggaan tersendiri saat seorang remaja sudah dapat diterima dalam sebuah komunitas tertentu. Yang terpenting adalah ketika kita mampu saling berinteraksi saling memberi dan menerima dalam komunitas tersebut. Dan elemen paling penting dan paling rawan adalah " Komunikasi. "

Mengapa komunikasi menjadi hal terpenting, karena kita dapat merasaka bagaimana seorang teman sebaya sangat mngerti kita dan kadang kita akan lebih mudah menerima nasehat nasehat dari teman teman kita saat kita mempunyai masalah, ketimbang nasehat dari orang tua atau guru kita. Nah, dibilang rawan adalah bahwa kita bisa sangat mudah tersinggung jika ada sesuatu yang tidak pas. Terutama saat kita mencoba menasehati teman kita.

Sebuah konsep bahwasanya seorang remaja bukanlah seorang yang cocok untuk didikte menjadikan kita harus menerapkan Andragogi secara tidak langsung. Cara menggurui tak akan lagi cocok untuk teman teman kita. Hal inilah yang justru sering terjadi. Kita niatnya memberi nasehat, malah terkesan menggurui akhirnya teman kita malah menganggap kita sok tua dls. Akhirnya nasehat kita menjadi sia sia hanya karena cara kita menyampaikan yang salah.

Faktanya memang banyak hal seperti ini yang berakibat pada rusaknya pertemanan. Maka dari itu, andragogi sebagai sebuah cara untuk mengahrgai teman teman sesama kita adalah cara yang terbaik menghindari perdelisihan. Disinilah saat kita menjadi guru bagi sesama kita. Guru sebaya yang kata katanya bahkan seprti kata kata kita sendiri. Mreka adalah kita, saling membagi. Satu jiwa. Dengan inilah kita saling mempengaruhi satu sama lain. Maka akan sangat berhargalah jika kita dapat membawa teman teman kita ke arah yang baik. 

Kita adalah guru bagi sesama kita. Dan guru terbaik adalah Seorang Guru yang Menggandeng tangan, Membuka pikiran, Menyentuh hati, Membentuk masa depan. Dan Seorang Guru berpengaruh selamanya. Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir



Selasa, 21 Desember 2010

Pemuda Atau Mahasiswa ?

..... Kepada para mahasiswa
..... Yang merindukan kejayaan
..... Kepada rakyat yang kebingungan
..... Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban ..
Yang telah menggoreskan .....
Sebuah catatan kebanggaan .
Di lembar sejarah manusia .....

Saya masih ingat saat pertama kali saya mengikuti OSPEK Universitas di Universitas saya. Banyak teman teman baru di sana, suasana baru dan yang paling menonjol adalah harapan baru serta dengan semangat yang baru juga. Ketika itu yang terbayang di benak saya adalah, " Saya akan menjadi seperti  ketua BEM itu!" atau " saya pasti bisa sukses nanti ". Dan walaupun selama OSPEK rasa jengkel campur aduk tapi terlewati juga.
Masuk ke Fakultas, kami (saya dan kawan kawan dari berbagai daerah) di hadapkan pada OSPEK lagi, kali ini Ospek Jurusan yang katanya lebih Extrim. Dan ketika di jalani, tak salah apa yang dikatakan. Berangkat jam 2 pagi pas lagi puasa sampe pulang jam 9 malem terus berangkat lagi jam 2 pagi lagi keesokan harinya. Bisa di bayangkan. Tapi harapan dan mimpi itu masih ada.
Ternyata tak sampai di situ saja. Ada yang lebih Extrim lagi yaitu Ospek jurusan Dari masing masing prodi kami, dan kabarnya teknik lah yang paling keras. Kami sesama kawan teknik mesin mulai ragu dan berpikir, " Ah, banyak sekali tetek bengek ini. Cuma buat kuliah nuntut ilmu aja susah amat. Ribet!". Dan benar saja, Ospek Fakultas ternyata levelnya jauh dari Ospek Universitas dan Jurusan. Di tambah lagi ancaman bagi yang tidak lulus akan terhambat kuliahnya. Otomatis dendam kami memuncak, " Tak akan kurelakan masa kuliahku" pikirku. "' Kalau sampai tidak di luluskan bakalan pindah lah" begitu pikirku. Tak apa, dan masa kuliahpun sampai walaupun masih ada embel embel 'Maba', no problem lah yang penting kuliah. 
Nah disinilah puncakanya sekaligus kelemahan kami di uji. Pada saat itu bisa di bayangka orang yang sudah ngebet kuliah eh di tahan tahan sama OSPEK yang g habis habis, otomatis nafsu belajar kita memuncak hebat. Di minggu pertama kelas full. Minggu ke dua berkurang. Dan sepertinya sudah jadi hukum alam, minggu ketiga berkurang lagi. Seleksi alam mulai berlaku. 
Disini bukan lagi gertakan dan gemboran senior yang kami hadapi tapi tugas yang terasa tak henti henti serasa menguras tenaga. Padahal kalau di hitung masih sampai dengan dua jari, tapi rasanya buanyak banget. Atau karena rasa malas kami. Tapi demi nafsu belajar kami yang tak menumpuk, semuanya kami tempuh tanpa lelah. Dunia kami akhirnya selaras dengan suatu ritme kuliah - tugas - refreshing di akhir pekan dan kembali ke rutinitas tugas dan uliah. 
Oktober 2010, kabar Merapi di Jateng ramai memenuhi berita. Di berbagai media dan jejaring sosial ramai membicarakan ini. Kami sesama anak teknik pun menyinggungnya, tapi hanya sekedar tahu saja. Saya mulai terguncang ketika saya membuka jejaring sosial, banyak teman teman saya di jogja dan sekitarnya pasang status " Go relawan....." "selamatnkan jogja" dls yang sejenis dengan itu. Saya bertanya pada diri saya, " Mereka juga sama dengan saya, mereka bisa melakukan hal hal semacam itu, kenapa saya diam". 
Aneh memang, di luar sana orang gembar gembor Merapi, tapi di fakultas saya diam diam saja. Sepertinya tak ada apa apa, bukan hal yang besar. Yang terasa di sana cuma belajar dan belajar, dan senioritas tentunya. Yang lain hanya seperti cuma selingan yang sambil lalu saja. Akhirnya pada saat itu saya simpulkan dengan memasang status ' Dengan Hormat, saudara Imam Bagus Carito, Anda kami nyatakan belum resmi menjadi seorang mahasiswa. " Itulah kali pertama sistem saya terguncang, entah apakah yang lain juga merasakan hal yang sama.
Inilah yang kadang kita lupa, kita terpacu dengan semangat belajar yang menggebu sampai jiwa kita sendiri kita lupakan. Sadara atau tidak sadar kita adalah dualisme. Di satu sisi kita adalah Mahasiswa, yaitu seorang makluk pembelajar tingkat lanjut. Dan di satu sisi jiwa kita adalah jiwa muda, tonggak dari sebuah bangsa.
Lihatlah dalam diri kita, maka kita akan melihat sisi ini. Sisi yang pertama memang penting tapi lihatlah ketika kita habiskan waktu kita untuk bel;ajar saja maka saat kita selesai, kita mungkin sudah kehilangan semangat muda kita untuk mengaplikasikan apa yang kita pelajari. Tapi kita sebagai pemuda adalah pembawa nama gegara, pembawa perubahan bagi bangsanya. Inilah yang sering kita lupakan. Ketika masa ini lewat, baru kita teringat dan lalu mencoba memperingati yang muda dan tahu betapa susahnya memperingati yang muda itu dan sejarahpun berulang.
Oleh karena itu, rasanya sudah menjadi kewajiban kita untuk kembali menjejak dan sadar diri atas tanggung jawab kita. Perubahan itu perlu dan kita adalah aktor utama dalam hal ini.



 

Total Tayangan Halaman

Footer Widget #3

Copyright 2010 GenerasiBiru. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template