Recent Comments

Selasa, 28 Desember 2010

Kita Adalah Guru Bagi Komunitas Kita ( Andragogi dan Pedagogi)

Seorang Guru
Menggandeng tangan, Membuka pikiran
Menyentuh hati, Membentuk masa depan
Seorang Guru berpengaruh selamanya
Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir
(Henry Adam)

Beberapa minggu yang lalu saya sedang di kelas Pendidikan Agama Islam, ketika tiba tiba Dosen yang biasanya tak masuk tiba tiba datang. Kuliah hari itu layaknya kuliah mata kuliah umum lainnya (Kwn,Tata Tulis dll). Ribut, dan tak terkendali, ya maklum saja satu angkatan isinya sowok semua jadi ya mau bagaiamana lagi. Seperti sudah jadi lumrah saja.
Beberapa dosen mungkin akan putus asa dan ujung ujungnya mendiamkan mahasiswanya, yang penting materi sudah disampaikan. Tapi ada yang berbeeda dari dosen ini. Melihat situasi yang tak terkendali ini, Beliau lalu menawarkan kira kira cara apa yang pas buat di terapkan di kelas kami. Yah tapi dasarnya udah anaknya ndableg ndableg ya tanggapannya tetep saja bercandanya tak pernah berhenti. Sampai akhirnya beliau berkata, " Sebetulnya sistem belajar kalian itu adalah sistem andragogi. Yaitu bla bla bla,,,,, " tetap saja sampai tahap ini Mahasiswa tetap tak fokus.

Yang menarik perhatian saya adalah kata " Andragogi " yang baru kali pertama itu saya dengar. Asing rasanya, bahkan belum ada gambaran jelas tentang itu. Yang saya dapat saat itu hanyalah gambaran bahwa andragogi adalah cara belajar orang dewasa. Dari modal itu saya coba cari tahu  di Drs. Google, dan akhirnya saya dapatkan pengertiaannya sebagai berikut 
'''.....Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.... (link)"

Beberapa artikel yang saya baca umumnya memberikan pengertian yang sama dan bahasan yang sama. Bukan hanya sama konsepnya, tapi sama jibleg/idem, jadi di sini saya ingin coba membuka dalam persepsi baru. 

Kita mulai dulu dari tingkat psikologi kita terhadap kebutuhan dan pengaruh psikis terhadap cara belajar. Kita bisa mengingat kala kita SD ataupun di play group. Semuanya harus di tuntun dari mulai dari membaca do'a, duduk siap dan lain sebagainya. Di SD juga sama hampir sama. Di SMP dengan intensitas yang lebih kecil penerapan cara di suapi juga masih berlaku. Di masa SMA barulah perubahan mulai terjadi. Beberapa elemen dari sistem berpikir kita saat munginjak masa SMA berubah. Kesadaran untuk tidak lagi di suapi mulai muncul. Rasa bosan di dikte semakin berkembang. Dan rasa rindu pada alam belajar perkuliahan mulai meraja lela. Dan saat inilah Andaragogi mulai tumbuh dalam diri kita. dan menggantikan sistem Pedagogi (cara mengajar anak anak) dalam diri kita. Tapi kebanyakan, saat kita benar benar sampai di perkuliahan, rasa itu (untuk belajar secara bebas) malah tidak di lampiaskan dan malah mulai merindukan cara belajar ala Pedagogi (SD, SMP, SMA)

Pada dasarnya memang Andragogi dan Pedagogi adalah sebuah teoritik dalam salah satu psikologi pendidikan. Jika kita mengacu pada Teori Psikologi pendidikan, konotasinya pasti ke Guru (sarjana Pendidikan). Padahal kita sendiri sesungguhnya menerapkan hal ini setiap saat. Dan mau tak mau sebenarnya ini (andragogi) sudah hampir menjadi bagian terpenting dalam pergaulan kita. Prakteknya adalah eksistensi kita dalam dunia pergaulan, Yaitu Kita dan Komunitas dimana kita berada.

Adalah suatu fakta bahwa lomunitas adalah sesuatu yang mutlak bagi seorang remaja. Keberadaannya tak akan lengkap tanpa komunitas. Dan adalah sebuah kebanggaan tersendiri saat seorang remaja sudah dapat diterima dalam sebuah komunitas tertentu. Yang terpenting adalah ketika kita mampu saling berinteraksi saling memberi dan menerima dalam komunitas tersebut. Dan elemen paling penting dan paling rawan adalah " Komunikasi. "

Mengapa komunikasi menjadi hal terpenting, karena kita dapat merasaka bagaimana seorang teman sebaya sangat mngerti kita dan kadang kita akan lebih mudah menerima nasehat nasehat dari teman teman kita saat kita mempunyai masalah, ketimbang nasehat dari orang tua atau guru kita. Nah, dibilang rawan adalah bahwa kita bisa sangat mudah tersinggung jika ada sesuatu yang tidak pas. Terutama saat kita mencoba menasehati teman kita.

Sebuah konsep bahwasanya seorang remaja bukanlah seorang yang cocok untuk didikte menjadikan kita harus menerapkan Andragogi secara tidak langsung. Cara menggurui tak akan lagi cocok untuk teman teman kita. Hal inilah yang justru sering terjadi. Kita niatnya memberi nasehat, malah terkesan menggurui akhirnya teman kita malah menganggap kita sok tua dls. Akhirnya nasehat kita menjadi sia sia hanya karena cara kita menyampaikan yang salah.

Faktanya memang banyak hal seperti ini yang berakibat pada rusaknya pertemanan. Maka dari itu, andragogi sebagai sebuah cara untuk mengahrgai teman teman sesama kita adalah cara yang terbaik menghindari perdelisihan. Disinilah saat kita menjadi guru bagi sesama kita. Guru sebaya yang kata katanya bahkan seprti kata kata kita sendiri. Mreka adalah kita, saling membagi. Satu jiwa. Dengan inilah kita saling mempengaruhi satu sama lain. Maka akan sangat berhargalah jika kita dapat membawa teman teman kita ke arah yang baik. 

Kita adalah guru bagi sesama kita. Dan guru terbaik adalah Seorang Guru yang Menggandeng tangan, Membuka pikiran, Menyentuh hati, Membentuk masa depan. Dan Seorang Guru berpengaruh selamanya. Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir



Selasa, 21 Desember 2010

Pemuda Atau Mahasiswa ?

..... Kepada para mahasiswa
..... Yang merindukan kejayaan
..... Kepada rakyat yang kebingungan
..... Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban ..
Yang telah menggoreskan .....
Sebuah catatan kebanggaan .
Di lembar sejarah manusia .....

Saya masih ingat saat pertama kali saya mengikuti OSPEK Universitas di Universitas saya. Banyak teman teman baru di sana, suasana baru dan yang paling menonjol adalah harapan baru serta dengan semangat yang baru juga. Ketika itu yang terbayang di benak saya adalah, " Saya akan menjadi seperti  ketua BEM itu!" atau " saya pasti bisa sukses nanti ". Dan walaupun selama OSPEK rasa jengkel campur aduk tapi terlewati juga.
Masuk ke Fakultas, kami (saya dan kawan kawan dari berbagai daerah) di hadapkan pada OSPEK lagi, kali ini Ospek Jurusan yang katanya lebih Extrim. Dan ketika di jalani, tak salah apa yang dikatakan. Berangkat jam 2 pagi pas lagi puasa sampe pulang jam 9 malem terus berangkat lagi jam 2 pagi lagi keesokan harinya. Bisa di bayangkan. Tapi harapan dan mimpi itu masih ada.
Ternyata tak sampai di situ saja. Ada yang lebih Extrim lagi yaitu Ospek jurusan Dari masing masing prodi kami, dan kabarnya teknik lah yang paling keras. Kami sesama kawan teknik mesin mulai ragu dan berpikir, " Ah, banyak sekali tetek bengek ini. Cuma buat kuliah nuntut ilmu aja susah amat. Ribet!". Dan benar saja, Ospek Fakultas ternyata levelnya jauh dari Ospek Universitas dan Jurusan. Di tambah lagi ancaman bagi yang tidak lulus akan terhambat kuliahnya. Otomatis dendam kami memuncak, " Tak akan kurelakan masa kuliahku" pikirku. "' Kalau sampai tidak di luluskan bakalan pindah lah" begitu pikirku. Tak apa, dan masa kuliahpun sampai walaupun masih ada embel embel 'Maba', no problem lah yang penting kuliah. 
Nah disinilah puncakanya sekaligus kelemahan kami di uji. Pada saat itu bisa di bayangka orang yang sudah ngebet kuliah eh di tahan tahan sama OSPEK yang g habis habis, otomatis nafsu belajar kita memuncak hebat. Di minggu pertama kelas full. Minggu ke dua berkurang. Dan sepertinya sudah jadi hukum alam, minggu ketiga berkurang lagi. Seleksi alam mulai berlaku. 
Disini bukan lagi gertakan dan gemboran senior yang kami hadapi tapi tugas yang terasa tak henti henti serasa menguras tenaga. Padahal kalau di hitung masih sampai dengan dua jari, tapi rasanya buanyak banget. Atau karena rasa malas kami. Tapi demi nafsu belajar kami yang tak menumpuk, semuanya kami tempuh tanpa lelah. Dunia kami akhirnya selaras dengan suatu ritme kuliah - tugas - refreshing di akhir pekan dan kembali ke rutinitas tugas dan uliah. 
Oktober 2010, kabar Merapi di Jateng ramai memenuhi berita. Di berbagai media dan jejaring sosial ramai membicarakan ini. Kami sesama anak teknik pun menyinggungnya, tapi hanya sekedar tahu saja. Saya mulai terguncang ketika saya membuka jejaring sosial, banyak teman teman saya di jogja dan sekitarnya pasang status " Go relawan....." "selamatnkan jogja" dls yang sejenis dengan itu. Saya bertanya pada diri saya, " Mereka juga sama dengan saya, mereka bisa melakukan hal hal semacam itu, kenapa saya diam". 
Aneh memang, di luar sana orang gembar gembor Merapi, tapi di fakultas saya diam diam saja. Sepertinya tak ada apa apa, bukan hal yang besar. Yang terasa di sana cuma belajar dan belajar, dan senioritas tentunya. Yang lain hanya seperti cuma selingan yang sambil lalu saja. Akhirnya pada saat itu saya simpulkan dengan memasang status ' Dengan Hormat, saudara Imam Bagus Carito, Anda kami nyatakan belum resmi menjadi seorang mahasiswa. " Itulah kali pertama sistem saya terguncang, entah apakah yang lain juga merasakan hal yang sama.
Inilah yang kadang kita lupa, kita terpacu dengan semangat belajar yang menggebu sampai jiwa kita sendiri kita lupakan. Sadara atau tidak sadar kita adalah dualisme. Di satu sisi kita adalah Mahasiswa, yaitu seorang makluk pembelajar tingkat lanjut. Dan di satu sisi jiwa kita adalah jiwa muda, tonggak dari sebuah bangsa.
Lihatlah dalam diri kita, maka kita akan melihat sisi ini. Sisi yang pertama memang penting tapi lihatlah ketika kita habiskan waktu kita untuk bel;ajar saja maka saat kita selesai, kita mungkin sudah kehilangan semangat muda kita untuk mengaplikasikan apa yang kita pelajari. Tapi kita sebagai pemuda adalah pembawa nama gegara, pembawa perubahan bagi bangsanya. Inilah yang sering kita lupakan. Ketika masa ini lewat, baru kita teringat dan lalu mencoba memperingati yang muda dan tahu betapa susahnya memperingati yang muda itu dan sejarahpun berulang.
Oleh karena itu, rasanya sudah menjadi kewajiban kita untuk kembali menjejak dan sadar diri atas tanggung jawab kita. Perubahan itu perlu dan kita adalah aktor utama dalam hal ini.



 

Total Tayangan Halaman

Footer Widget #3

Copyright 2010 GenerasiBiru. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template