Recent Comments

Selasa, 21 Desember 2010

Pemuda Atau Mahasiswa ?

..... Kepada para mahasiswa
..... Yang merindukan kejayaan
..... Kepada rakyat yang kebingungan
..... Di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban ..
Yang telah menggoreskan .....
Sebuah catatan kebanggaan .
Di lembar sejarah manusia .....

Saya masih ingat saat pertama kali saya mengikuti OSPEK Universitas di Universitas saya. Banyak teman teman baru di sana, suasana baru dan yang paling menonjol adalah harapan baru serta dengan semangat yang baru juga. Ketika itu yang terbayang di benak saya adalah, " Saya akan menjadi seperti  ketua BEM itu!" atau " saya pasti bisa sukses nanti ". Dan walaupun selama OSPEK rasa jengkel campur aduk tapi terlewati juga.
Masuk ke Fakultas, kami (saya dan kawan kawan dari berbagai daerah) di hadapkan pada OSPEK lagi, kali ini Ospek Jurusan yang katanya lebih Extrim. Dan ketika di jalani, tak salah apa yang dikatakan. Berangkat jam 2 pagi pas lagi puasa sampe pulang jam 9 malem terus berangkat lagi jam 2 pagi lagi keesokan harinya. Bisa di bayangkan. Tapi harapan dan mimpi itu masih ada.
Ternyata tak sampai di situ saja. Ada yang lebih Extrim lagi yaitu Ospek jurusan Dari masing masing prodi kami, dan kabarnya teknik lah yang paling keras. Kami sesama kawan teknik mesin mulai ragu dan berpikir, " Ah, banyak sekali tetek bengek ini. Cuma buat kuliah nuntut ilmu aja susah amat. Ribet!". Dan benar saja, Ospek Fakultas ternyata levelnya jauh dari Ospek Universitas dan Jurusan. Di tambah lagi ancaman bagi yang tidak lulus akan terhambat kuliahnya. Otomatis dendam kami memuncak, " Tak akan kurelakan masa kuliahku" pikirku. "' Kalau sampai tidak di luluskan bakalan pindah lah" begitu pikirku. Tak apa, dan masa kuliahpun sampai walaupun masih ada embel embel 'Maba', no problem lah yang penting kuliah. 
Nah disinilah puncakanya sekaligus kelemahan kami di uji. Pada saat itu bisa di bayangka orang yang sudah ngebet kuliah eh di tahan tahan sama OSPEK yang g habis habis, otomatis nafsu belajar kita memuncak hebat. Di minggu pertama kelas full. Minggu ke dua berkurang. Dan sepertinya sudah jadi hukum alam, minggu ketiga berkurang lagi. Seleksi alam mulai berlaku. 
Disini bukan lagi gertakan dan gemboran senior yang kami hadapi tapi tugas yang terasa tak henti henti serasa menguras tenaga. Padahal kalau di hitung masih sampai dengan dua jari, tapi rasanya buanyak banget. Atau karena rasa malas kami. Tapi demi nafsu belajar kami yang tak menumpuk, semuanya kami tempuh tanpa lelah. Dunia kami akhirnya selaras dengan suatu ritme kuliah - tugas - refreshing di akhir pekan dan kembali ke rutinitas tugas dan uliah. 
Oktober 2010, kabar Merapi di Jateng ramai memenuhi berita. Di berbagai media dan jejaring sosial ramai membicarakan ini. Kami sesama anak teknik pun menyinggungnya, tapi hanya sekedar tahu saja. Saya mulai terguncang ketika saya membuka jejaring sosial, banyak teman teman saya di jogja dan sekitarnya pasang status " Go relawan....." "selamatnkan jogja" dls yang sejenis dengan itu. Saya bertanya pada diri saya, " Mereka juga sama dengan saya, mereka bisa melakukan hal hal semacam itu, kenapa saya diam". 
Aneh memang, di luar sana orang gembar gembor Merapi, tapi di fakultas saya diam diam saja. Sepertinya tak ada apa apa, bukan hal yang besar. Yang terasa di sana cuma belajar dan belajar, dan senioritas tentunya. Yang lain hanya seperti cuma selingan yang sambil lalu saja. Akhirnya pada saat itu saya simpulkan dengan memasang status ' Dengan Hormat, saudara Imam Bagus Carito, Anda kami nyatakan belum resmi menjadi seorang mahasiswa. " Itulah kali pertama sistem saya terguncang, entah apakah yang lain juga merasakan hal yang sama.
Inilah yang kadang kita lupa, kita terpacu dengan semangat belajar yang menggebu sampai jiwa kita sendiri kita lupakan. Sadara atau tidak sadar kita adalah dualisme. Di satu sisi kita adalah Mahasiswa, yaitu seorang makluk pembelajar tingkat lanjut. Dan di satu sisi jiwa kita adalah jiwa muda, tonggak dari sebuah bangsa.
Lihatlah dalam diri kita, maka kita akan melihat sisi ini. Sisi yang pertama memang penting tapi lihatlah ketika kita habiskan waktu kita untuk bel;ajar saja maka saat kita selesai, kita mungkin sudah kehilangan semangat muda kita untuk mengaplikasikan apa yang kita pelajari. Tapi kita sebagai pemuda adalah pembawa nama gegara, pembawa perubahan bagi bangsanya. Inilah yang sering kita lupakan. Ketika masa ini lewat, baru kita teringat dan lalu mencoba memperingati yang muda dan tahu betapa susahnya memperingati yang muda itu dan sejarahpun berulang.
Oleh karena itu, rasanya sudah menjadi kewajiban kita untuk kembali menjejak dan sadar diri atas tanggung jawab kita. Perubahan itu perlu dan kita adalah aktor utama dalam hal ini.


Related Article:

0 komentar:

Posting Komentar


 

Total Tayangan Halaman

Footer Widget #3

Copyright 2010 GenerasiBiru. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template